Halo kawan. Hari ini aku cuma mau share nih video yang aku dapet dari temen juga. Video ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kekudusan hidup kita di hadapan Tuhan, supaya kita juga bisa memberikan yang terbaik bagi pasangan hidup kita kelak.
Jujur nih ya. Waktu aku nonton film ini, aku tersentuh. Aku sadar kalau aku juga masih sering jatuh dengan dosa pornografi. Aku pikir itu hal yang biasa, dan wajar. Namun itu ternyata tidak benar bro. Tuhan ingin kita menjaga kekudusan hidup kita, baik itu pikiran, maupun perbuatan. Dan Tuhan juga sudah menciptakan segala sesuatu itu sudah ada waktunya. Bahkan untuk kenikmatan yang satu ini pun, Tuhan sudah sediakan waktunya, dengan orang yang tepat pula.
Semoga video ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua. Gbu :)
Monday, 18 November 2013
Saturday, 16 November 2013
Akhirnyaa
Akhirnya bisa ngeblog jugaaa.
Laptop ku entah mengapa gak bisa ngebuka blogger, n aku sempet pasrah buat gak ngurusin blog aku. Tapi ternyata setelah aku cari di play store, ternyata aplikasi buat blog ada loh. Asik, android gue emang bisa diandalin.
Wednesday, 13 November 2013
Pasangan Hidup dan Motherboard
Hai kawan-kawan.. Hari ini aku mau share tentang suatu pengalaman dalam suatu kelas kuliah yang sangat menggugah hati saya. Sebenarnya kejadian ini saya alami hari sabtu yang kemarin. Namun karena sedikit masalah, postingan ini agak sedikit tertunda.
Kejadiannya begini nih. Sabtu lalu kan dosen ku menjelaskan tentang komponen-komponen motherboard pada komputer. Sampai pada suatu kalimat, dosen saya menjelaskan tentang komponen prosesor pada motherboard. Dia bilang: kalau prosesor itu harus dipasang sesuai dengan pasangan motherboard-nya masing-masing.
"Kalau bukan pasangannya, jangan dipaksa. Kalau dipaksa, nanti chipnya bisa patah atau rusak. Semua sudah ada pasangannya masing-masing". (Hendra Surasa, S.Kom)Begitu katanya. Yah, seketika itu juga pikiran saya langsung berpikir tentang pasangan hidup. Dan saya rasanya sih, ada benarnya juga sih. Kata-kata dosenku ini bisa dijadikan quotes yang nggak kalah sama quotes2nya om Mario Teguh.
Kalau bukan pasangannya, jangan dipaksa yaaa. Ntar bisa "patah" atau "rusak" lho.
#curhatanjomblomenanticinta
Tuesday, 12 November 2013
Model Proses Inkremental
Model proses
inkremen merupakan suatu model yang menganalisa terlebih dahulu tujuan utama
dari suatu software, dan kemudian
membuat software sesuai kebutuhan
utama dari konsumen terlebih dahulu. Lalu kemudian, dalam perjalanan software
tersebut diluncurkan, secara bertahap kemampuan software tersebut ditambah,
sesuai dengan permintaan konsumen. Sehingga dalam pembuatannya akan sangat
menghemat waktu, dan dapat menghindari penundaan-penundaan yang tidak perlu,
apalagi jika kebutuhan akan software tersebut sangat mendesak.
Model proses
inkremen tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pembuatannya. Apalagi jika
si-pembuat software sudah paham betul dengan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Yang dibutuhkan hanyalah analisis dan desain software yang sudah mantap. Karena
inilah yang dibutuhkan sebagai dasar dalam pengembangan software kedepannya.
Dalam model
proses inkremen, analisis dan desain software nyaris tidak akan berubah dalam
pengembangannya. Karena sejak awal memang model ini hanya bisa dilakukan bila
kebutuhan akan software sudah terpaparkan dengan jelas. Nah, yang jadi masalah
adalah apabila terjadi penambahan (upgrade)
kemampuan yang bisa dikatakan sedikit melenceng dari desain awal yang telah
ditetapkan. Penambahan kemampuan ini akan sulit diintegrasikan dengan desain
awal yang sudah paten.
Menurut analisis
saya, model inkremen ini sangat dibutuhkan di jaman yang serba cepat ini. Namun
akan sangat sulit untuk memaparkan dengan rinci kebutuhan suatu software dengan
skala besar. Sehingga, si-pembuat software mungkin akan menemui sedikit
kesulitan dalam mengerjakan sebuah software dengan skala besar jika menggunakan
model proses ini.
Adapun dalam
proses kerjanya, model proses inkremen ini menurut saya merupakan model proses
linear (waterfall) yang dilakukan
terus-menerus, dalam setiap penambahannya. Bedanya dengan model waterfall,
adalah analisis dan desain yang tidak dilakukan lagi, alias sudah mantap. Yang dalam
proses kerjanya, analisis dan desain sudah terpapar dengan baik. Sehingga dalam
setiap penambahan tidak akan mengubah model dari software tersebut.
Saya lalu mengambil
sebuah asumsi pada salah satu aplikasi chating
yang baru saja diluncurkan bagi pengguna Android. Peluncuran aplikasi ini menggunakan
proses inkremen. Aplikasi yang diluncurkan baru sebatas dapat melakukan hal-hal
mendasar yang biasa dilakukan, seperti chating,
grup, dan multiple chat. Namun masih
ada satu kelemahannya, yaitu tombol enter yang tidak dapat melakukan pindah
baris, namun langsung mengirim pesan.
Demikianlah sedikit
pemaparan saya mengenai model proses inkremen. Semoga sedikit banyak dapat
menambah wawasan kawan-kawan sekalian. Bila ada kesalahan, mohon dikoreksi.
Thx, n God
bless..
Refleksi: RPL, Tak Kenal maka Tak Sayang
Halo, pada malam hari menjelang subuh ini saya akan bercerita sedikit tentang suka duka selama saya belajar mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak di Kampus STMIK Kharisma.
Seperti kata pepatah: Tak kenal maka tak sayang. Begitu pun juga mata kuliah RPL menurut saya.
Rekayasa Perangkat Lunak. Dari namanya saja, saya sudah bingung. Apa itu rekayasa ? Apa itu perangkat lunak ? Seperti apa itu rekayasa perangkat lunak ?
Maklum lah, sebagai mahasiswa yang kurang melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, saya jelas kurang mengerti dengan persoalan belanja mata kuliah. Jadi, dalam belanja mata kuliah saya kebanyakan mengikuti apa yang dipilih oleh teman-teman saya kebanyakan. Sehingga mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak menjadi suatu hal yang tabu bagi saya ketika itu. Namun, setelah melewati pertemuan demi pertemuan dalam mata kuliah ini, saya pelan-pelan mengerti akan maksud dari mata kuliah ini.
Pada awal pertemuan, saya sempat merasa bingung dengan mata kuliah ini. Apalagi, dengan lingkungan orang-orang yang sedikit lebih tinggi dibanding dengan level saya (waktu itu kelas kami digabung dengan mahasiswa TI semester 5). Namun untunglah ketika itu Pak Dosen membawakan mata kuliah dengan santai, dan penuh interaksi dengan kami sebagai mahasiswa. Sehingga saya bisa sedikit mengerti akan mata kuliah yang akan dibawakan ini.
Perlahan, sedikit demi sedikit saya mulai mengerti akan mata kuliah ini. Yang menjadi penghambat saya dalam mempelajari mata kuliah ini sebenarnya hanya penggunaan bahasa yang terlalu rumit, sehingga sulit untuk dimengerti. Bagi saya, jika kita mampu memahami dan membahasakannya menjadi bahasa yang lebih sederhana, mata kuliah RPL bukanlah suatu hal yang mesti ditakuti. Setelah saya mengenal RPL, saya lalu merasa bahwa mata kuliah ini adalah mata kuliah yang menarik untuk dipelajari. Ternyata, RPL tidak sesulit yang dibayangkan.
Sekian, dan terima kasih.. Gbu all friends :))
Perbandingan Antara Inkremental Model dan Spiral Model
Meskipun pada postingan yang pertama saya
sempat menyinggung bahwa model inkremental ini hampir sama dengan model air
terjun, namun setelah saya mendengar penjelasan dari dosen saya tadi siang,
saya jadi lebih tertarik untuk membicarakan perbandingan antara model spiral
dan model inkremental. Mengapa ? Karena ternyata dalam proses model spiral
ternyata menggabungkan antara dua model proses, yaitu prototyping model dan increamental
model. Yang dimana keduanya saling bersinergi, dan membuat suatu proses
kerja yang menarik menurut saya.
Berikut, beberapa perbandingan antara proses
model inkremental dan proses model spiral yang saya dapati:
-
Inkremental model
hanya dapat dilakukan apabila analisis dan desain sudah terpaparkan dengan
baik. Sedangkan spiral model dikerjakan dengan cara mendengarkan dan
menyimpulkan sendiri kebutuhan konsumen, sambil membuat software
-
Dalam model
inkremental, sudah jelas terlihat sampai di mana hasil akhir dari sebuah software. Sedangkan pada model spiral,
hasil akhirnya belum dapat diketahui, sesuai dengan pendapat dan hasil feedback yang diberikan oleh konsumen
-
Test pada model
inkremental berbeda dengan test pada model spiral. Pada model inkremental, test
software dilakukan oleh developer. Sedangkan pada model spiral, test software
dilakukan langsung oleh user/konsumen
-
Pada model
inkremental, akan sangat kesulitan apabila dilakukan penambahan-penambahan yang
tidak dibicarakan terlebih dahulu pada proses awal. Namun pada model spiral,
penambahan-penambahan seperti itu sangat mungkin dilakukan. Sebab, sejak dari
awal memang developer masih seakan meraba-raba akan kebutuhan konsumen.
-
Model proses
inkremental membuat software yang pokok terlebih dahulu, dan fitur-fiturnya
akan ditambahkan kemudian. Model proses spiral mendengar permintaan dari
konsumen, merancang, lalu membuat software, lalu mengembalikannya kepada
konsumen untuk diuji.
-
Dan seperti
halnya dalam prototyping model, dalam
model spiral akan terus berputar sampai software yang diinginkan selesai. Dalam
hal ini, software yang dikerjakan dengan menggunakan model spiral memungkinkan
untuk di-upgrade. Berbeda dengan
software yang dikerjakan dengan model inkremental, yang hasil akhir dari sebuah
software sudah dapat diramalkan, dan sulit untuk ditambahkan fitur baru.
Sebenarnya masih banyak lagi perbandingan-perbandingan
antara model proses inkremental dan model proses spiral. Namun sementara, yang
saya dapat paparkan baru begitu saja. Bila ada sesuatu hal yang masih kurang
terkait artikel di atas, mohon ditambahkan. Sekian
Thx, n Gbu all J
Friday, 1 November 2013
Coba-coba
Ini adalah pertama kali saya membuat blog. Sebenarnya bukan pertama kali sih, tapi 2 blogku yang dulu sudah tidak jelas nasibnya, dan saya pun sudah lupa nama dan password blog saya itu.
Saya memang tidak hobbi nge-blog. Blog ini saya buat awalnya untuk mengerjakan tugas dari dosen saya. Namun sepertinya, blog ini dapat terurus dengan baik dan tidak akan terbengkalai seperti dua blog ku yang sebelumnya. Semoga.
Subscribe to:
Posts (Atom)